Haris_Blitar,Faskel KMW 16, 28 Februari 2007, jam 9:09:32
SANG ORATOR
Minggu, 25 Februari 2007
Hari itu…aku merasa beruntung, sebab rencana semula naik Bis Patas dari Surabaya menuju Kediri kubatalkan dan beralih menaiki bis kelas ekonomi. Mengapa aku merasa beruntung..? karena andai saja waktu itu aku naik bis patas mungkin aku tidak akan menemukan pengalaman yang berharga dalam hidup ini. Betapa tidak…,dalam suasana yang kurang nyaman…,dengan udara yang panas serta deru suara mesin kendaraan yang membisingkan…,aku menikmati suguhan dari kaum kecil yang lalu lalang dan naik turun silih berganti didalam bis yang kutumpangi itu. Suguhan luar biasa itu bisa menjadi pelajaran penting bagi aku sendiri maupun orang lain. Aku begitu terkagum-kagum dengan keberanain yang dimiliki oleh rakyat jelata demi mencari sesuap nasi.
Yah….sang orator itu ada di depan mataku. Berbekal rasa percaya diri yang luar biasa..seorang ibu setengah baya dengan menggendong anak kecil kira-kira usia 3 tahunan berbicara di depan puluhan penumpang yang ada di bis itu. Si Ibu tidak pernah peduli dengan status sosial dan tingkat pendidikan penumpang. Apakah penumpang itu kaya, miskin tau ia seorang mahasiswa, dokter, dosen, pelajar, aktifis, guru, anggota DPR, buruh pabrik, tukang sayur, kuli bangunan, tim leader atupun seorang fasilitator pemberdayaan. Yang jelas…ibu muda itu dengan semangat dan motivasi yang dimilikinya berusaha mengaktualisasikan dan mengekpresikan dirinya untuk berbicara di depan publik. Akupun berusaha menyimak kata-kata yang terlontar dari mulut si Ibu itu ;
“Assalammu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh..
Bapak-bapak dan Ibu-ibu penumpang yang berbahagia.., jumpa kembali dengan saya pengamen jalanan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila kehadiran saya mengganggu kenyamanan anda dalam perjalanan ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada para kondektur dan para sopir yang mengijinkan saya untuk mengamen di bis ini….(bla…bla…bla…)
lalu si Ibu itu pun mengambil sesuatu dari balik kebaya yang dipakai untuk menggendong anaknya. Sebuah peralatan musik sederhana (ecek-ecek) yang diambil oleh si Ibu itupun dibunyikan dengan diiringi lagu yang menyayat hati dari suara merdu sang biduan jelata ;
“Sungguh terpaksa….aku menyanyi….mendengar suara jeritan hati…..
coba dengarkan….aku menyanyi… mengharapkan tuan bermurah hati….
sungguh aku malu…tiada terkira..
menengadahkan tangan meminta-minta..
Dst……….dst…dst….
Saat lagu yang dinyanyikan oleh Biduan itu berakhir..,maka sang biduanpun menutupnya dengan kalimat sebagai berikut ;
“Demikian sebuah lagu yang kami nyanyikan..semoga dapat menghibur perjalanan bapak-bapak dan ibu-ibu. Sekali lagi saya mohon maaf apabila mengganggu perjalanan anda..,dan tidak lupa kami do’akan semoga perjalanan bapak-bapak dan ibu-ibu mendapat perlindungan dari Allah swt dan selamat sampai tujuan”.
LUAR BIASA…!!! MENGAGUMKAN SEKALI..!!. Tanpa ada rasa takut… grogi..,malu…,minder…,dan tidak perduli apakah yang dihadapi adalah orang yang punya status sosial lebih ataupun berpendidikan tinggi, Si Ibu itu telah membuktikan dirinya dengan menjadi ORATOR YANG ULUNG. Si Ibu itu telah membuktikan bahwa dirinya mampu berbicara di depan public. Si Ibu itu membuktikan kepada dunia bahwa orang miskin pun bisa berbicara di depan umum. Si Ibu itu seolah-olah ingin menunjukkan kepada kita..bahwa orang miskin itu punya potensi. Si Ibu seolah-olah ingin menantang kepada penumpang yang ada di situ..”ayo..siapa yang berani berbicara di depan umum seperti saya ini…?”. Dan si Ibu itu seolah-olah memberikan nasihat kepada saya dan teman-teman lainnya yang berprofesi sebagai seorang calon fasilitator pemberdaya…bahwa aku dan teman-teman pasti bisa menjadi seorang pembicara publik. Barangkali isi nasihat yang diberikan oleh si Ibu itu seperti berikut ini ;
“Engkau harus menjadi dirimu sendiri…
Jangan pernah takut dan malu untuk berbicara di depan umum…
Hilangkan rasa takut dan grogi saat engkau mulai membuka pembicaraan..
Maka kalimat-kalimatmu akan mengalir lancar..
Tapi banyak-banyaklah engkau belajar..
Karena akupun demikian…sebelum aku menyampaikan..aku terus belajar..dan terus belajar.”
Ah…rupanya nasihat yang tersirat dari sorot mata sang Orator begitu melekat dalam ingatanku. Akupun berusaha menyelami makna hidup ini…,bahwa hidup dengan rakyat jelata telah membukakan mata hatiku untuk peduli dan menghargai mereka. Bisa jadi mereka miskin harta..tapi kaya akan ilmu dan pengalaman hidup. Namun banyak juga orang kaya dengan harta yang berlimpah namun sejatinya mereka miskin. Baik miskin ilmu, Akhlak maupun pengalaman hidup.
Pada akhir tulisan ini…sekali lagi saya sangat bersyukur kepada Alllah swt karena bisa menikmati perjalanan dengan menggunakan bis ekonomi dari Surabaya tujuan Pare-Kediri. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terimakasih kepada SANG ORATOR dalam hal ini para pengamen bis antar kota yang rata-rata punya kemampuan menjadi seorang pembicara public. Karena ternyata selain ibu itu yang menjadi pengamen di bis yang aku tumpangi..masih banyak pengamen lainnya yang juga ikut berorasi di bis tersebut. Dengan demikian akupun banyak mendapat ilmu dari mereka semua. Dan yang jelas..selain ilmu yang bisa kudapat..akupun mendapatkan tambahan bonus berupa do’a keselamatan dari Sang ORATOR.
Terimakasih
Blitar, 28 Januari 2007
Ditulis oleh ;
Haris Yuniarsyah, Eks. Fasilitator P2KP II.2 KMW 16 wilayah dampingan Kecamatan Srengat – Kabupaten Blitar. Saat ini penulis masih berstatus sebagai Fasilitator Kelurahan P2KP Phase II KMW 16 dengan wilayah dampingan Kecamatan Wlingi dan Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
Dipersembahkan untuk :
“Teman-teman yang pernah mengikuti pelatihan PNPM P2KP baik di Gelombang I maupun Gelombang II diseluruh Indonesia terutama di wilayah KMW 16. Untuk teman-temanku waktu pelatihan PNPM Gel. I di Diklat PU Surabaya ijinkan saya mengucapkan salam P2KP kepada kalian semua Teman-teman di Kelas C ;
1. Ainur Rosyidi..,ojok latahan dik..?
2. Aisyah Nikma Sariwati...,Nomor Frennya milik siapa ya mbak…?
3. Astri Furqoni…,Kangen suarane dan goyangane itu lho..?
4. Djoko Purmandoko…,apa masih kayak Om Liem..?
5. Dodik Merdiawan…,jadi ingat dengan “kalau Disimpulkan jadi Buaaanyak…? Ha…ha..ha
6. Dwi Ratna Sari..,trims banyak karena aku boleh nitip barang banyak sekali
7. Eddy Iwantoro…,Puisi Kahlil Gibrannya OK banget
8. Elly Sulistiawati…,”pemecah rekor sebagai keluarga P2KP…”
9. Evi Farida Agustina…,mau married mei…jangan banyak main HP di kelas
10. Hantok Fadillah Harmin…,paling muda di antara pemuda
11. Imam Muslim…,Tak disangka..walau berjenggot ternyata pintar njoged juga di depan umum
12. Indah Sumarwana…,jangan nangisan ndah ya..,lagi kangen pak afnun ya..?
13. Kholilah…,Bu guru berkacamata…adiknya Baasy…..
14. Maria Christma…,Bu ket..yang baik hati dan senang sekali nyanyi
15. Moh Afnun…Mudah-mudahan naik hajinya terkabul,,jangan lupa bakso-soto..bakso-soto..
16. Hudi Setyobakti…,pandai juga kamu joget komando
17. Mohammad Ilham…,mana kesimpulannya pak…?
18. Muhammad Ghazi..,Si Ustad serba bisa dan punya daya tarik luar biasa…
19. Novariq Muhariroh…,eh…jangan kurang ajar yo..? ternyata latah juga
20. Nuril Wahyudi…,Dai Bachtiar dari Sumenep
21. Siti Nur Aisyah…,Pemudi paling muda diantara pemudi dan pemuda
22. Nurul Farida…,yang sabar ya..? semoga duka akan segera menghilang.
23. Siti Nur Aisyah..,pemudi paling muda diantara pemudi dan pemuda
24. Triatmono…,”Koclok…edan…,tapi pintar juga goyeng campursari…
25. UM Ali Wardhana…,maaf ngerjain waktu ulang tahun..tapi senang juga kan pak…?
OK…SELAMAT BERJUANG SEMUANYA. HIDUP KELAS C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar